Ulas Buku: Supernova by Dee Lestari
August 23, 2018
Dua minggu terakhir tekun banget ngikutin cerita serialnya Supernova. Setelah kelar baca buku penutupnya, seperti biasa selalu ngerasa ada yang hilang. Masih belum rela harus berpisah dengan dongeng petualangan para Peretas ini.
Jadi, serial Supernova ini ada 6 buku: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; Partikel; Gelombang; dan Intelegensi Embun Pagi. Dee membangun konstruksinya sejak 2001 dan terus dibangun selama belasan tahun, setelah melewati beberapa kali jeda setelah buku pertamanya untuk melakukan perjalanan riset demi kekuatan cerita di buku-buku selanjutnya. Deskripsi singkat masing-masing buku bisa dibaca di official website deelestari.com.
Penokohan di buku ini banyak banget, karakternya juga banyak, tapi cerita yang dibawa masing-masingnya seru buat diikutin. Rasa penasaran kenapa Dee menggunakan simbol-simbol untuk sampul bukunya, akan ada jawabannya juga kok. Masing-masing simbol bawa ceritanya sendiri, jadi bukan cuma asal dibikin buat cakep-cakepan aja. Lalu, poin menarik apa yang bikin kamu harus banget baca serial ini sampai tuntas? Mari kita breakdown saja ulasan tentang pengalamanku selama baca buku-buku Supernova ini.
Buku 1: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh
Supernova 1 |
Buku pertama ini lumayan bikin pusing karena terlalu banyak memakai istilah-istilah sains, yang ketika berusaha dijabarkan lewat kedua tokoh utamanya, Dimas dan Reuben, malah jatuhnya jadi kayak lagi baca ensiklopedia. Setengah buku awal aku kurang menikmati jalan ceritanya, walau masih ngotot nerusin baca karena merasa harus menggali kaitan cerita si Dimas dan Reuben, dengan tokoh-tokoh fiksi di tulisan mereka, Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh. Di awal-awal buku ini memang rumit karena terlalu banyak tokoh yang terus bermunculan, dengan membawa ceritanya masing-masing. Barulah di setengah buku berikutnya, ketika cerita mulai mengalir, obrolan-obrolan rumit saintifiknya Reuben mulai berkurang dan kaitan antar tokohnya mulai terbaca, akhirnya aku mulai menikmati bertualang di dalam ceritanya.
Menariknya, Dee Lestari banyak menyelipkan tema-tema sosial yang tabu tapi sungguhan terjadi di kehidupan nyata, khususnya di kehidupan orang-orang metropolitan yang jadi latar tempat cerita dalam buku ini. Seperti tentang homoseksualitas, pelacuran, hubungan perselingkuhan, kehidupan hambarnya miliuner dan tentang pencarian jati diri. Tapi pembaca pun juga masih disuguhi romantisme, filosofi dan beberapa puisi, seperti yang biasa Dee lakukan di karya-karyanya yang lain.
Pesan buat yang baru mulai baca, bersabarlah, jangan langsung nyerah di tengah-tengah. Percayalah, buku pertama ini walau terkesan hanya sebagai gerbang pembuka jalan, tapi perannya krusial banget untuk membantu pembaca menyelami cerita di buku-buku berikutnya. Bahkan pondasi cerita dari sini akan terus bertaut sampai buku terakhir.
Buku 2: Akar
Supernova 2 |
Ini buku agak bikin ngos-ngosan dibaca, karena ada banyak hal-hal filosofis dan cerita tentang spiritualitas yang kuat banget. Termasuk pengalaman Bodhi, si tokoh utama, yang banyak menemui kejadian-kejadian di luar nalar. Membayangkan wujud fisiknya Bodhi lewat deksripsinya Dee pun juga lumayan creepy. Uniknya di buku ini, kita akan dibawa melanglang buana dalam petualangannya Bodhi mengelilingi Asia Tenggara. Berangkat dari Wihara tempatnya tumbuh hingga dewasa, lalu lompat-lompat dari satu wilayah ke wilayah lain di negara berbeda, yang menyasarkannya ke lingkungan dan orang-orang yang sama sekali berbeda dari yang pernah ditemuinya selama ini. (spoiler alert) Mulai dari Wihara lingkungan para biksu, ke perkebunan ganja di antah berantah, ke penginapan backpacker di Thailand yang membuatnya bertemu dengan tattooist yang mengubah hidupnya, sampai akhirnya menyasar ke Jakarta dan masuk ke komunitas Punk di mana ia juga tiba-tiba bisa jadi penyiar radio.
Keseluruhan cerita memang mayoritas berfokus pada Bodhi dan petualangannya. Sedikit membingungkan sih, karena membuat pembaca jadi bertanya-tanya di mana kaitannya sama buku pertama. Tapi toh pada akhirnya aku tetap sangat menikmati masuk ke ceritanya Bodhi, petualangannya memberikan banyak pandangan berbeda tentang hidup dan tentang hubungan antar sesama manusia.
Buku 3: Petir
Supernova 3 |
Nah, seri ini yang paling kusuka dibandingkan seri-seri lainnya, karena ceritanya lebih dekat sama kehidupan sehari-hari. Ringan dan banyak komedinya. Hidupnya si Elektra alias Etra, lakon utamanya, ini paling relatable sama kehidupan banyak orang, apalagi dibanding 2 seri sebelumnya ya. Nyaris semua orang pernah lah merasakan fase hidup kayak gitu di mana mereka mempertanyakan jati dirinya gara-gara kelamaan nganggur abis lulus kuliah. Yap, me too, been there, done that. Tapi karena ini Supernova ya, tentunya Dee tetep memasukkan twist-twist supranatural juga dong di dalamnya. Dibumbui dengan cerita kocaknya para penghuni Elektra Pop, cerita tentang hubungan keluarga, dan juga selipan sedikit romantisme di dalamnya, racikannya terasa pas buat dinikmati di kala selow. Alurnya yang santai ini memang tepat aja buat jadi penengah di antara 2 buku sebelumnya dan 3 buku setelahnya yang isinya lumayan berat-berat.
Yang paling bikin ketawa-ketawa geli adalah tiap baca bagian yang ada si Toni alias Mpret. Selalu nggak bisa nahan ketawa aja membayangkan ketika lagi di suatu dialog yang super serius harus ada orang yang menyebut nama Mpret. Mpreeet, LOL :D
Buku 4: Partikel
Di buku ke empat kita diajak balik lagi menyimak cerita serius dan misterius. Topiknya lumayan berat juga, Dee banyak mengangkat hal-hal yang berhubungan sama ilmu biologi dan religi di sini. Lewat tokoh utamanya, Zarah, yang pengalaman hidupnya dari kecil udah dramatis banget, pembaca diajak untuk mengenali alam dan segala makhluk hidup di dalamnya lewat sudut pandang yang tidak biasa. Hutan-hutan, gunung-gunung, pohon-pohon, dan bahkan jamur, bisa jadi terasa lebih magis dan menakjubkan lewat penggambarannya Dee di sini.
Part yang paling kusuka adalah ketika lewat skill fotografinya yang terasah secara alami, Zarah akhirnya terbang ke Kalimantan meninggalkan kampung halaman untuk pertama kalinya, lalu ia singgah ke tempat penangkaran orangutan dan bertemu dengan Sarah si orangutan. Ikatan kedua mahkluk hidup beda spesies ini menyenangkan sekali untuk disimak.
Banyak pembaca bilang seri ini kurang bagus, terutama dari plotnya. Menurutku, mungkin karena ada bagian yang sebenarnya dihilangkan pun nggak akan merusak keseluruhan cerita sama sekali, jadi terkesannya bagian itu nggak penting-penting amat. Tapi buatku sih part (spoiler alert) percintaannya Zarah dan si Bule London itu penting juga, lho. Dari situ kita diperlihatkan sisi lain dari Zarah yang lebih menonjolkan tentang ia dan persoalan hatinya sendiri, bukan lagi cuma mikirin soal keluarga dan kampung halamannya.
Lagipula, seri ini penting banget buat jadi pengantar 2 buku terakhir. Selain karena satu-persatu tokohnya mulai ketemu, misteri tentang Peretas sedikit-sedikit mulai terkuak. Jadi penting adanya buat kita para pembaca menyimak ceritanya sampai akhir sebelum lanjut ke buku 5.
Buku 5: Gelombang
Dari sini bagian-bagian terseru serial Supernova dimulai. Tokoh-tokoh yang udah kita ikutin petualangannya di buku-buku sebelumnya, akan mulai dipertemukan satu-persatu di sini. Lakon utama buku ini adalah Alfa, alias Ichon, alias Thomas Alfa Edison, si bocah laki-laki yang lahir di Sianjur Mula-Mula, yang akhirnya dipaksa keadaan untuk memulai petualangannya sejak muda. Banyak tempat dijelajahinya demi memecahkan misteri tentang arti mimpi buruk yang terus menghantuinya sedari kecil, mulai dari Jakarta, Amerika, hingga Tibet!
Hal menarik dari buku ini adalah Dee banyak mengusung cerita-cerita tentang kebudayaan suku Batak, dan juga menceritakan bagaimana ritme kehidupan kehidupan seorang bocah Batak yang harus berjuang mati-matian hidup di Amerika, sampai akhirnya mencapai taraf kesuksesan duniawi. Tapi justru di titik itu lah ternyata takdir menyetel ulang hidupnya, memaksanya untuk menemukan dirinya yang lain, untuk menemukan arti dan tujuannya hidup di dunia.
Part yang agak bikin aku pengen buru-buru pindah ke halaman-halaman selanjutnya alias nggak terlalu menarik buat dibaca adalah masa-masa galaunya Alfa di Amerika, yang akhirnya membuatnya bertemu dengan si tokoh Nicky. Kupikir si Nicky ini akan memainkan peran yang lumayan vital, tapi rasanya tokoh ini cuma jadi bumbu pelengkap aja, apalagi karakternya agak annoying (menurutku yang introvert ini, tipe-tipe orang yang macam begini adalah annoying :D).
Banyak yang bilang buku ini termasuk mengecewakan karena plotnya terlalu dragging dan untuk penantian bertahun-tahun rasanya nggak cukup memuaskan bagi para pembaca, dengan ending yang juga masih menggantung di halaman akhir. Tapi aku nggak terlalu merasakannya sih, entah karena memang aku yang baru baca serial ini sekarang dan langsung tuntas dalam waktu dua minggu, jadi tanpa harus melewati fase-fase penantian itu, atau memang ekspektasiku untuk baca Supernova nggak setinggi yang orang-orang buat.. I'm not sure. Buku ini kurasa memang disetting untuk jadi pengantarnya buku terakhir, makanya dibikin menggantung. Mirip lah sama film-film Marvel jaman sekarang yang film terakhirnya sampai harus dibuat 2 part untuk membuat ceritanya jadi utuh.
Buku 6: Integensi Embun Pagi
Finally, we've come the last part of these serial. Di buku terakhir ini latar tempatnya full di Indonesia, semua tokoh-tokohnya yang sepanjang serial berserakan dan terpencar di berbagai belahan dunia, akhirnya di'pulang-kampung'kan semuanya. Berkumpulnya semua anggota gugus, membawa mereka ke petualangan di level yang lebih tinggi. Selain harus bertarung melawan para Penjaga, mereka juga harus berjuang keras menyatukan keyakinan semua anggota gugus yang mulai hilang kepercayaan diri dan beresiko bisa menggagalkan misi. Ada banyak twists yang dilontarkan di sini, yang sama sekali nggak kita duga-duga, tapi sebenarnya masih sangat berkaitan jauh ke belakang mulai dari buku pertama.
Banyak misteri-misteri yang akhirnya terjawab dan terpecahkan di sini, tapi di waktu bersamaan juga makin banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru. Penutupannya menyisakan banyak rasa penasaran yang membuat para pembaca kalang kabut menebak-nebak cerita selanjutnya akan seperti apa. Sayangnya, Dee memang tidak berencana membuat sekuel dari serial ini. Semua cerita yang terpapar memang sudah direncanakannya untuk membuat khalayak bertanya-tanya dan menginterpretasikan imajinasi masing-masing tentang masa depan semua tokoh Supernova.
Terlepas dari semua perdebatan tentang betapa kurang puasnya para pembaca tentang akhir dari serial ini, tentang bagaimana plot ceritanya dibilang payah, banyak tokoh yang disebut-sebut seperti kehilangan roh karakternya sendiri, dan lainnya, overall aku sih cukup menikmati serial ini. Sedari awal memang aku penggemar karya-karyanya Dee, atau mungkin juga karena I'm easy to pleased, jadi tanpa banyak pasang ekspektasi kunikmatin saja suguhan-suguhan yang ada sambil berusaha menyelamkan diri ke dalam pusaran ceritanya. Memang ada beberapa part yang masih terasa mengganjal di sana-sini, banyak detail-detail yang disampaikan dengan cara kurang tepat hingga akhirnya mengganggu plot cerita, tapi untukku sendiri itu nggak terlalu mempengaruhi keseluruhan euphoria selama menyelami ceritanya.
Kerja keras Dee selama belasan tahun untuk menambal sulam hingga menjadikan serial ini jadi karya yang utuh sangat kuapresiasi. Apalagi kala itu genre science-fiction-fantasy masih jarang muncul di kalangan para penulis lokal kita, dan riset yang dilakukan Dee pun juga nggak main-main, semuanya benar-benar demi membantu pembaca mudah membayangkan seperti apa petualangan dan dunia fiksi yang dihuni para Peretas ini. Bahkan sampai sekarang aku masih bisa membayangkan beberapa latar tempatnya dengan sangat jelas, seperti latar tempat di cerita Alfa yang bertemu Si Jaga Portibi, seperti apa rupanya Elektra Pop, kampung halaman dan bukit kesayangannya Zarah, backpacker lodge tempat Bodhi ketemu Kell si bule ganteng yang mengajarinya bikin tattoo, suasana rumah minimalisnya si Ferre, dan lain-lainnya.
Banyaknya unsur kehidupan yang dimasukkan ke dalam bagian-bagian ceritanya, seperti membuat semua tokohnya jadi representasi dari emosi-emosi yang ada dalam diri manusia. Spiritualitas, hubungan manusia dengan Pencipta-nya, keyakinan dan agama, percintaan dan pengkhianatan, keluarga, alam, perjuangan, arti loyalitas, kepercayaan diri, kesederhanaan hidup, dan tentu saja cerita petualangan-petualangan yang istimewa. Ada banyak makna kehidupan yang bisa diambil dari detil-detil kecil di keseluruhan ceritanya, hanya saja mungkin banyak orang yang lebih terfokus pada plot cerita dan penokohan, yang nggak salah juga sebenarnya, cuma sayang aja esensi ceritanya malah jadi nggak 'nyampe' ke mereka yang berpikiran seperti itu.
Jadi kesimpulan dari review buku Supernova ini hasilnya adalah: menurutku karya Dee yang satu ini masih sangat layak untuk dimasukkan dalam reading wishlist. Terlebih untuk kalian yang suka dengan tipe-tipe cerita atau bacaan yang nggak biasa.
Selamat menikmati petualangan bersama Para Peretas. :)
Yang paling bikin ketawa-ketawa geli adalah tiap baca bagian yang ada si Toni alias Mpret. Selalu nggak bisa nahan ketawa aja membayangkan ketika lagi di suatu dialog yang super serius harus ada orang yang menyebut nama Mpret. Mpreeet, LOL :D
Buku 4: Partikel
Supernova 4 |
Part yang paling kusuka adalah ketika lewat skill fotografinya yang terasah secara alami, Zarah akhirnya terbang ke Kalimantan meninggalkan kampung halaman untuk pertama kalinya, lalu ia singgah ke tempat penangkaran orangutan dan bertemu dengan Sarah si orangutan. Ikatan kedua mahkluk hidup beda spesies ini menyenangkan sekali untuk disimak.
Banyak pembaca bilang seri ini kurang bagus, terutama dari plotnya. Menurutku, mungkin karena ada bagian yang sebenarnya dihilangkan pun nggak akan merusak keseluruhan cerita sama sekali, jadi terkesannya bagian itu nggak penting-penting amat. Tapi buatku sih part (spoiler alert) percintaannya Zarah dan si Bule London itu penting juga, lho. Dari situ kita diperlihatkan sisi lain dari Zarah yang lebih menonjolkan tentang ia dan persoalan hatinya sendiri, bukan lagi cuma mikirin soal keluarga dan kampung halamannya.
Lagipula, seri ini penting banget buat jadi pengantar 2 buku terakhir. Selain karena satu-persatu tokohnya mulai ketemu, misteri tentang Peretas sedikit-sedikit mulai terkuak. Jadi penting adanya buat kita para pembaca menyimak ceritanya sampai akhir sebelum lanjut ke buku 5.
Buku 5: Gelombang
Supernova 5 |
Hal menarik dari buku ini adalah Dee banyak mengusung cerita-cerita tentang kebudayaan suku Batak, dan juga menceritakan bagaimana ritme kehidupan kehidupan seorang bocah Batak yang harus berjuang mati-matian hidup di Amerika, sampai akhirnya mencapai taraf kesuksesan duniawi. Tapi justru di titik itu lah ternyata takdir menyetel ulang hidupnya, memaksanya untuk menemukan dirinya yang lain, untuk menemukan arti dan tujuannya hidup di dunia.
Part yang agak bikin aku pengen buru-buru pindah ke halaman-halaman selanjutnya alias nggak terlalu menarik buat dibaca adalah masa-masa galaunya Alfa di Amerika, yang akhirnya membuatnya bertemu dengan si tokoh Nicky. Kupikir si Nicky ini akan memainkan peran yang lumayan vital, tapi rasanya tokoh ini cuma jadi bumbu pelengkap aja, apalagi karakternya agak annoying (menurutku yang introvert ini, tipe-tipe orang yang macam begini adalah annoying :D).
Banyak yang bilang buku ini termasuk mengecewakan karena plotnya terlalu dragging dan untuk penantian bertahun-tahun rasanya nggak cukup memuaskan bagi para pembaca, dengan ending yang juga masih menggantung di halaman akhir. Tapi aku nggak terlalu merasakannya sih, entah karena memang aku yang baru baca serial ini sekarang dan langsung tuntas dalam waktu dua minggu, jadi tanpa harus melewati fase-fase penantian itu, atau memang ekspektasiku untuk baca Supernova nggak setinggi yang orang-orang buat.. I'm not sure. Buku ini kurasa memang disetting untuk jadi pengantarnya buku terakhir, makanya dibikin menggantung. Mirip lah sama film-film Marvel jaman sekarang yang film terakhirnya sampai harus dibuat 2 part untuk membuat ceritanya jadi utuh.
Buku 6: Integensi Embun Pagi
Supernova 6 |
Banyak misteri-misteri yang akhirnya terjawab dan terpecahkan di sini, tapi di waktu bersamaan juga makin banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru. Penutupannya menyisakan banyak rasa penasaran yang membuat para pembaca kalang kabut menebak-nebak cerita selanjutnya akan seperti apa. Sayangnya, Dee memang tidak berencana membuat sekuel dari serial ini. Semua cerita yang terpapar memang sudah direncanakannya untuk membuat khalayak bertanya-tanya dan menginterpretasikan imajinasi masing-masing tentang masa depan semua tokoh Supernova.
Terlepas dari semua perdebatan tentang betapa kurang puasnya para pembaca tentang akhir dari serial ini, tentang bagaimana plot ceritanya dibilang payah, banyak tokoh yang disebut-sebut seperti kehilangan roh karakternya sendiri, dan lainnya, overall aku sih cukup menikmati serial ini. Sedari awal memang aku penggemar karya-karyanya Dee, atau mungkin juga karena I'm easy to pleased, jadi tanpa banyak pasang ekspektasi kunikmatin saja suguhan-suguhan yang ada sambil berusaha menyelamkan diri ke dalam pusaran ceritanya. Memang ada beberapa part yang masih terasa mengganjal di sana-sini, banyak detail-detail yang disampaikan dengan cara kurang tepat hingga akhirnya mengganggu plot cerita, tapi untukku sendiri itu nggak terlalu mempengaruhi keseluruhan euphoria selama menyelami ceritanya.
Kerja keras Dee selama belasan tahun untuk menambal sulam hingga menjadikan serial ini jadi karya yang utuh sangat kuapresiasi. Apalagi kala itu genre science-fiction-fantasy masih jarang muncul di kalangan para penulis lokal kita, dan riset yang dilakukan Dee pun juga nggak main-main, semuanya benar-benar demi membantu pembaca mudah membayangkan seperti apa petualangan dan dunia fiksi yang dihuni para Peretas ini. Bahkan sampai sekarang aku masih bisa membayangkan beberapa latar tempatnya dengan sangat jelas, seperti latar tempat di cerita Alfa yang bertemu Si Jaga Portibi, seperti apa rupanya Elektra Pop, kampung halaman dan bukit kesayangannya Zarah, backpacker lodge tempat Bodhi ketemu Kell si bule ganteng yang mengajarinya bikin tattoo, suasana rumah minimalisnya si Ferre, dan lain-lainnya.
Banyaknya unsur kehidupan yang dimasukkan ke dalam bagian-bagian ceritanya, seperti membuat semua tokohnya jadi representasi dari emosi-emosi yang ada dalam diri manusia. Spiritualitas, hubungan manusia dengan Pencipta-nya, keyakinan dan agama, percintaan dan pengkhianatan, keluarga, alam, perjuangan, arti loyalitas, kepercayaan diri, kesederhanaan hidup, dan tentu saja cerita petualangan-petualangan yang istimewa. Ada banyak makna kehidupan yang bisa diambil dari detil-detil kecil di keseluruhan ceritanya, hanya saja mungkin banyak orang yang lebih terfokus pada plot cerita dan penokohan, yang nggak salah juga sebenarnya, cuma sayang aja esensi ceritanya malah jadi nggak 'nyampe' ke mereka yang berpikiran seperti itu.
Jadi kesimpulan dari review buku Supernova ini hasilnya adalah: menurutku karya Dee yang satu ini masih sangat layak untuk dimasukkan dalam reading wishlist. Terlebih untuk kalian yang suka dengan tipe-tipe cerita atau bacaan yang nggak biasa.
Selamat menikmati petualangan bersama Para Peretas. :)
0 comments