Mari kita Ulas Buku!
November 30, 2017
Ngomongin soal buku, aku termasuk tipe pembaca yang agak picky dalam memilih buku yang mau dibaca. Aku bukan penggemar novel pop yang bahasa penulisannya terlalu 'pop' dan kadang kelewat keju (cheesy), dengan tema-tema percintaan yang terlalu dramatis yang tokoh utamanya seringkali digambarkan depresi karena cintanya 'nggak sampe' (misalnya cintanya bertepuk sebelah tangan, atau pasangannya meninggal, atau yang berbau-bau kecelakaan lalu salah satu tokoh utamanya ada yang amnesia). Too cliche. Belum lagi novel-novel teenlit yang kadang humornya terlalu dipaksain dan malah terasa jayus. Kesannya nggak apa adanya, dan karakter si penulis nggak tergambar jelas.
Aku termasuk penyuka novel yang tata bahasanya rapi, alur ceritanya tertata, dan si penulis paham betul mau ngebawa para pembacanya ke mana. Jadi sekalipun ceritanya imajinatif, pembaca tetep bisa ngikutin alur penulisnya dengan santai, sehingga cerita di dalemnya gampang dibayangkan.
Di jaman SMP, buku-buka bacaan pilihanku lebih banyak adalah yang berbau fiksi dan adventure, macem-macem Narnia, Bartimaeus Trilogy, Artemis Fowl, Twilight, dan Soul Brother. Ya sempet juga sih suka sama novel-novel teenlit terjemahan semacam Princess Diaries dan sebangsanya, ceritanya sih emang agak cheesy, tapi untuk ukuran anak SMP yang lagi demen cinta-monyetan, saya sempet jadi penikmat novel genre ini. Begitu udah SMA, jadi nggak begitu tertarik ngebaca novel teenlit, berasa 'garing' aja. Sesekali baca sih masih pernah, cuma ya sebatas scan reading aja, yang penting tau inti ceritanya. Malahan, waktu SMA lebih tertarik baca-baca novel jadul, apalagi yang berbau sejarah. Dua buku historis paling beken yang pernah kuselesaikan adalah Mahabharata dan Rama Sinta yang cerita versi sejarah India. Buku yang dipinjam dari temen Pak Bangun itu selesai kubaca dalam waktu kurang lebih sebulan. Tebel banget, aslik! Tapi asik aja bacanya, meskipun ingatanku tentang isi buku itu udah makin menipis, tapi sensasi bacanya masih bisa kuingat.
Hobiku baca buku sepertinya sengaja dibentuk sama Pak Bangun dan Buk Eni. Dari kecil sering banget dibeliin buku, selalu dibiasain main ke toko-toko buku, dan rutin beli buku tiap berapa minggu sekali ketika kami sekeluarga lagi main ke kota. Masa kecilku memang kuhabiskan di desa, rumahnya Pak Bangun, tempat tinggalnya Mbahkung yang amat bersejarah itu. Tapi aku masih beruntung, bapak dan ibukku amat melek pendidikan dan selalu menuntunku buat memilih membaca jadi hobi sampingan selain kegemaranku berkeliaran di sungai dan sawah belakang rumah. Makanya ketika sedang punya rejeki lebih, belanjain anaknya buku adalah bentuk 'foya-foya' mereka yang paling berfaedah. Alhamdulillah, ya.
Hobi baca itu ternyata berhasil membuatku 'kecanduan'. Dulu sekitar kelas 2 atau 3 SD, sempet lagi demen-demennya banget baca buku, kalo nggak salah itu tahun ke 3ku lancar membaca. Di manapun, kertas apapun yang ada tulisannya, nggak pernah luput kubaca, mau itu koran utuh, sobekan koran yang dijadiin bungkus nasi, tumpukan kertas bekas kerjaan kantornya Pak Bangun, majalah-majalah bekas yang bececeran di rumah sodara, sampe buku 'nomor togel' pun kubaca juga!
Dan masih inget banget, waktu masih tinggal di desa dulu buku yang selalu kubeli adalah serialnya Donal Bebek, Paman Gober, dan komik Monica. Dan yang paling nggak boleh ketinggalan sih majalah Bobo yang legendaris itu! Bahkan ketika akhirnya kami sekeluarga pindah ke kota tetangga, majalah kesayangan itu akhirnya dibeli secara langganan sampe bertahun-tahun lamanya sama Buk Eni. Mau tau kapan terakhir aku berhenti langganan Bobo? SMA kelas 2!
Jadi karena sepertinya ngomongin buku di blog ini menarik, lebih baik kubikin konten baru yang khusus buat sektor perbukuan, yang isinya bisa aja seputar cerita-cerita menarikku dengan buku macam di atas, atau sekali waktu juga tentang resensi buku-buku kesukaanku, bisa juga hal-hal lain yang tentunya nggak jauh-jauh dari si buku itu sendiri. Bisa disimak di Ulas Buku, ya.
disclaimer: that cigar's not mine
0 comments